ILMU DAN FILSAFAT

                               ILMU DAN FILSAFAT 
                                      I Wayan Sukarma

Kedua kata ini, baik “ilmu” maupun “filsafat” tentu sudah tidak asing bagi Anda, malahan Anda sudah sering mendengar dan menggunakannya. Untuk mengembalikan ingatan Anda tentang kedua kata tersebut dalam modul ini dijelaskan mulai dari kata “filsafat”. Banyak ahli filsafat memberikan pengertian mengenai filsafat, namun konsep yang diberikan cenderung berbeda. Perbedaan ini lebih disebabkan karena antara filsuf yang satu dan yang lainnya menitiktolakkan pandangannya masing-masing pada stand-point yang berbeda. Walaupun demikian, secara umum mereka sepakat mengatakan bahwa kata “filsafat” berasal dari kata Yunani philosophia, terdiri atas kata philos yang berarti cinta atau sahabat dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan, kearifan, atau  pengetahuan. Jadi, filsafat (philosophia) berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada pengetahuan. Dalam kegiatan belajar ini Anda diajak memahami pengertian filsafat dengan cara memahami apa yang dilakukan ahli filsuf itu.
Anda tentu mengetahui dalam kehidupan sehari-hari manusia sering mengalami hal-hal yang kurang dipahami sehingga menimbulkan berbagai pertanyaan. Banyak peristiwa yang terjadi di alam ini yang menakjubkan, yang menimbulkan kekaguman, bahkan ketakutan. Bintang yang berkelap-kelip di malam hari, lautan yang biru yang bergerak-gerak, bahkan gempa bumi yang menghancurkan bangunan, bahkan segala yang ada di muka bumi. Hal tersebut adalah beberapa contoh peristiwa alam yang dapat menimbulakan pertanyaan di benak kita. Pertanyaan, apakah yang sebenarnya terjadi dan dari mana asal segala yang ada di dunia ini. Oleh karena pertanyaan inilah sehingga muncul pandangan para ahli pada masa sekitar 600-200 tahun Sebelum Masehi (SM) di Yunani.
Pada awalnya manusia menggunakan mitos untuk menjawab pertanyaan tentang alam. Mereka percaya bahwa dewalah sumber segala sesuatu yang ada di dunia. Suasana yang bersifat mitologis inilah yang dapat dianggap sebagai awal mula manusia berpikir tentang “sesuatu” yang ada di balik segala peristiwa yang terjadi yang dapat diamati oleh inderanya. Kemudian, manusia berupaya menemukan jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan sendiri dengan jalan melakukan pengamatan terhadap segala sesuatu yang mereka anggap dapat diamati dan diduga dapat memecahkan masalahnya. Jadi, berfilsafat dimulai dari kegiatan mengamati peristiwa dan sifat-sifat alam untuk sampai pada hakikat segala sesuatu. Beberapa contoh ahli filsuf Yunani sekitar abad VI sampai dengan II SM telah berupaya mencari jawaban atas pertanyaan yang yang amat mendasar tentang asal mula dari segala yang ada di dunia ini.
1.      Thales
Thales dari Miletus yang diperkirakan hidup antara tahun 624-548 SM dianggap sebagai orang pertama yang berupaya mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Ia tinggal di sebuah pulau dan setiap hari ia melihat lautan luas. Dalam pikirannya bahwa lautan, di samping dapat memberikan kehidupan bagi masyarakat sekitarnya, juga dapat memberikan bencana bagi para nelayan. Ia pernah melakukan perjalanan ke negeri Mesir dan menyaksikan air sungai Nil yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, selain untuk memenuhi keperluan pertanian ataupun perkebunan. Dari pengamatannya, ia menyimpulkan bahwa segala sesuatu itu berasal dan bersumber dari air. Alasannya, air yang senantiasa memberikan kehidupan segala yang ada selalu bergerak dan tidak pernah diam.
2.      Anaximenes
Berbeda dengan Thales, Anaximenes yang hidup antara 585-528 SM berpendapat bahwa yang menjadi dasar segala sesuatu yang ada di dunia adalah udara. Pandangan ini dikemukakan karena menurutnya semua mahluk hidup bernafas, yaitu mengambil udara yang melingkupi alam semesta. Udara merupakan sumber kehidupan, karena tanpa udara mahluk hidup akan mati. Jadi, udaralah yang menjadi dasar terbentuknya isi alam semesta yang bermacam-macam jenisnya.
3.      Herakleitos
Herakleitos yang hidup antara 540-480 SM berpendapat bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal. Segala sesuatu pasti mengalami perubahan. Jadi, hakikat segala sesuatu yang ada di dunia adalah perubahan itu sendiri. Perubahan yang dilabangkan sebagai api,. Karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Menurutnya perubahan itu berlaku pada hukum yang disebutnya “logos”, yang artinya pikiran yang benar. Kata logika yang anda kenal sekarang ini berasal dari kata logos tersebut.
Orang yang berpikir itu menggunakan akalnya untuk mengetahui apa yang menjadi dasar atau asal sesuatu, serta hukum yang mendasari perubahan itu dapat terjadi. Herakleitos telah meletakkan dasar bagi dunia baru yakni dunia pikiran yang bernama logos yang bersifat kekal.
4.      Phytagoras
Ahli filsuf ini hidup antara tahun 580-500 SM dan tinggal di kota Kroton, Italia Selatan. Ia dikenal sebagai seseorang yang selalu berusaha membersihkan rohaninya dalam mencapai kesempurnaan hidup. Dengan cara pemurnian, manusia dapat membersihkan jiwanya sehingga pada saat manusia tersebut meninggal dunia, jiwanya akan menemukan kebahagiaan yang sejati. Selain itu, Phytagoras dikenal pula sebagai ahli matematika. Tidaklah heran bila ia mengajarkan kepada muridnya, bahwa segala sesuatu itu adalah angka atau bilangan. Pandanganya tentang alam semesta bertitik tolak dari bilangan. Menurutnya alam ini tersusun dari bilangan – bilangan, karena manusia akan memperoleh pengetahuan tentang alam ini melalui pengetahuannya mengenai bilangan.
5.      Leukippos
Leukippos bertempat tinggal di kota Miletus. Riwayat hidupnya tidak banyak dikenal orang. Ia dianggap orang pertama yang mengemukakan teori tentang atom. Pendapatnya ini kemudian dikembangkan oleh Demokritos. Apabila kita berbicara mengenai atom, maka dua orang inilah yang telah berjasa menyumbangkan pengetahuan awal kepada kita mengenai teori tentang atom. Leukippos yang diperkirakan melakukan kegiatannya antara tahun 450 – 420 SM mengemukakan pandangannya bahwa segala sesuatu yang ada terdiri atas ruang kosong dan atom – atom yang jumlahnya tak terhingga. Sebuah benda berbeda dengan benda lain diakibatkan perbedaan dari bentuk, susunan, posisi dan tumbukan antar atomnya. Kata atom itu sendiri berasal dari kata a yang berarti tidak dan tomos yang berarti dibagi. Jadi, pengertian teori atom menurut Leukippos adalah bahwa atom adalah partikel yang paling terkecil yang tidak dapat dibagi lagi.
6.      Demokritos
Seperti yang telah disebutkan diatas, pandangan Demokritos (460-370 SM) tentang asal segala sesuatu yang ada di dunia ini, tidak berbeda dengan Leukippos. Ia mengembangkan pandangan Leukippos dengan mengemukakan pandangannya bahwa alam semesta ini terdiri atas atom dan ruang hampa yang dimana atom – atomnya dapat bergerak bebas dan dapat mengubah posisinya. Atom bersifat kekal dan tidak terlihat serta tidak dapat dibagi. Atom berbeda antara yang satu dan yang lainnya dari posisi, ukuran, susunan, berat dan kecepatannya. Benda yang tampak sesungguhnya merupakan kumpulan dari atom – atom, dan benda yang stabil terdiri atas atom – atom yang saling berkaitan. Perubahan wujud benda disebabkan oleh gerakan, tumbukan, dan pengikatan kembali atom – atom tersebut. Demokritos juga berpendapat bahwa indera dan pikiran adalah dampak dari gerakan atom – atom. Suatu benda terlihat bergerak oleh mata, karena atom – atomnya bergerak menyentuh atom – atom indera kita.
7.      Empedokles
Empedokles yang hidup sekitar tahun 490-430 SM berpandangan bahwa alam semesta terdiri atas empat unsur utama, yakni, udara, api, air, dan tanah. Masing – masing unsur ini memiliki sifat yang berbeda; udara bersifat dingin, api bersifat panas, air bersifat basah, dan tanah bersifat kering. Suatu benda dapat terjadi karena adanya percampuran dari unsur – unsur tersebut diatas.
Sikap hidup Empedokles dipengaruhi oleh Phytagoras. Ia berpendapat, disamping empat unsur tadi terdapat pula dua kekuatan yang berpengaruh, yakni cinta dan kebencian. Sesuatu dapat terbentuk dari empat unsur utama di bawah kekuatan cinta dan dapat binasa oleh adanya perpisahan unsur – unsur tersebut, dibawah kekuatan kebencian.
Sampai disini anda telah mengetahui pandangan dari beberapa ahli mengenai pertanyaan yang mereka ajukan sendiri. Mereka melakukan penelitian guna menjawab pertanyaan – pertanyaan yang tertanam di dalam benak mereka. Kegiatan ini mereka lakukan karena mereka suka berpikr. Dengan berpikir mereka menggunakan akal untuk menerangkan hal – hal yang belum mereka ketahui sebelumnya.
            Apabila dilihat dari kegiatan yang telah mereka lakukan, mereka dapat dikategorikan sebagai ahli filsafat atau filsuf. Bagi mereka, filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk memahami hakikat segala sesuatu dalam alam atau hakikat dari realita yang ada dengan menggunakan akal sehat serta nurani. Sehingga mereka juga dapat disebut ahli filsafat alam.
a)      Bidang telaah ilmu dan filsafat
Setelah anda memahami pengertian filsafat melalui kajian tentang apa yang dilakukan oleh para ahli filsafat alam, anda akan diajak untuk menelaah perkembangan ilmu dan filsafat melalui pandangan yang dikemukakan oleh tiga orang filsuf yang dianggap sebagai filsuf besar pada masanya. Yakni Sokrates, Plato, dan Aristoteles.
1.      Sokrates
Sokrates yang hidup antara tahun 46-399 SM adalah seorang filsuf Yunani. Ia sangat menaruh perhatian pada manusia dan dia berharap agar manusia tersebut dapat mengenali dirinya sendiri. Menurutnya, jiwa manusia merupakan asas hidup yang paling dalam. Jadi jiwa merupakan hakikat hidup manusia yang memiliki arti sebagai penentu kehidupan. Berdasarkan pandanganya itu, ia tidak memiliki niat untuk memaksa orang lain menerima pandangan atau ajaran tertentu. Ia justru mengutamakan agar orang lain dapat mengemukakan pandangannya sendiri. Untuk itu ia menggunakan metode dialektika, yaitu melakukan dialog dengan orang lain, sehingga orang lain dapat mengemukakan atau menjelaskan pandangan mereka sendiri. Dengan demikian muncul alternatif baru. Sokrates tidak meninggalkan tulisan – tulisan tentang pandangannya, namun pandangannya dikemukakan oleh Plato, sebagai salah satu muridnya.
2.      Plato
Plato (427-347 SM) mengemukakan pandangannya bahwa realita yang mendasar adalah ide atau idea. Ia percaya bahwa alam yang kita lihat atau alam empiris yang mengalami perubahan bukanlah realita yang sesungguhnya. Dunia penglihatan atau dunia persepsi, yaitu dunia yang berasal dari bayangan dan ide – ide yang bersifat abadi dan imaterial. Plato menyatakan bahwa ada dunia tangkapan inderawi atau dunia nyata, dan dunia ide. Untuk memasuki dunia ide, diperlukan adanya tenaga kejiwaan yang besar dan untuk itu manusia harus dapat meninggalkan kebiasaan hidupnya dalam mengendalikan hawa nafsu serta selalu berbuat kebaikan. Plato menyatakan pula bahwa jiwa manusia terdiri atastiga tingkatan, yaitu bagian tertinggi, ialah akal budi, bagian tengah yang diisi oleh rasa atau keinginan, dan bagian bawah yang dihuni oleh nafsu. Akal budilah yang dapat digunakan untuk melihat ide serta menertibkan jiwa – jiwa yang terletak pada bagian tengah dan bagian bawah.
3.      Aristoteles
Aristoteles (384-322SM) pernah menjadi murid Plato selama 20 tahun hingga Plato meningal. Ia senang melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan pernah menjadi guru Pangeran Alexander yang kemudian menjadi Raja Alexander Yang Agung. Ia juga mendirikan sekolah yang bernama Lyceum. Aristoteles merupakan seorang pemikir yang kritis, banyak melakukan penelitian dan menngembangkan pengetahuan selama hidupnya. Ia banyak menaruh perhatian pada ilmu kedokteran dan ilmu mengenai alam. Tulisannya meliputi segala ilmu yang dikenal pada masanya, termasuk ilmu kealaman, masyarakat dan negara, sastra dan kesenian, serta kehidupan manusia.
Tulisannya yang terkenal hingga saat ini adalah mengenai logika, yang olehnya disebut analitika. Ilmu ini bertujuan mengajukan syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh segala pemikiran yang bermaksud mencapai suatu kebenaran. Inti logika yang dikemukakan oleh Aristoteles adalah silogisme, yang berarti cara berpikir dari dua dalil atau proposisi yang telah ada, kemudian menghasilkan proposisi ketiga yang merupakan simpulan dari dua proposisi sebelumnya. Mengingat pentingnya logika dalam perkembangan ilmu, anda akan dapat mempelajarinya dalam modul tersendiri.

Pandangan dari trio filsuf besar ini kemudian dikembangkan oleh para filsuf di abad selanjutnya. Mereka menggunakan pikiran dan akal mereka untuk dapat menemukan akar permasalahan yang menjadi dasar sehingga pada akhirnya dapat memperjelas realita itu sendiri. Selain itu para filsuf juga mempertanyakan hakikat berbagai realita sebagai upaya untuk menemukan esensial realita yang bertujuan mengetahui realita dengan pasti dan jelas.

  1. Cabang ilmu dan filsafat
Ada pendapat yang menyatakan bahwa filsafat adalah ibu atau induk dari segala ilmu. Mengapa begitu? Tentu anda masih ingat para filsuf tersebut mengemukakan pandangannya berdasarkan ilmu yang mereka kuasai. Plato pernah mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk mencapai kebenaran yang murni.Seorang filsuf perancis, Rene Descartes mengatakan bahwa filsafat merupakan kumpulan berbagai ilmu pengetahuan yang bidang pembahasannya tentang Tuhan, manusia dan alam semesta. Jadi filsafat pada awalnya merupakan kumpulan dari segala ilmu yang kemudian berkembang menjadi semakin rasional dan sistematis. Pengetahuan manusia juga semakin luas, sehingga lahirlah berbagai displin ilmu.
Mengingat semakin luasnya bidang – bidang yang dibahas, para ahli membagi bidang studi filsafat menjadi cabang – cabang filsafat. Pada umumnya para ahli membagi cabang – cabang filsafat menjadi enam yaitu: epistemologi, metafisika, logika, etika, estetika, dan filsafat ilmu.
  1. Epistemologi
Istilah epistemologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yakni episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti kata, pikiran atau ilmu. Jadi, epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas pengetahuan. Dalam hal ini yang dibahas yakni asal mula, bentuk atau struktur, dinamika, validitas, dan metodologi yang membentuk pengetahuan manusia, (Ensiklopedi Indonesia,1980). Masalah yang terkait pada ide pokok tersebut adalah berupa pertanyaan mendasar; apakah sumber dan dasar pengetahuan, apakah pengetahuan itu adalah kebenaran yang pasti. Sebagai contoh, jika anda mengetahui sesuatu, berarti anda memiliki pengetahuan tentang sesuatu tersebut. Anda adalah subjek dan sesuatu itu adalah objek daripada pengetahuan. Manusia tidak dapat mengetahui semua aspek dan objek, karena terbatasnya kemampuan manusia itu sendiri. Sokrates pernah berkata, “Apa yang saya ketahui adalah bahwa saya tidak tahu apa – apa”. Hal ini menegaskan bahwa tidak ada pengetahuan yang pasti dan mutlak.
  1. Metafisika
Istilah ini juga berasal dari Yunani metaphysika yang artinya “setelah fisika”. Cabang filsafat ini membahas tentang dasar – dasar realitas dan diperkenalkan oleh Andronikos dari Rhodes, dari kumpulan buku – buku yang ditulis oleh Aristoteles tentang hakikat benda – benda yang kita lihat di dunia nyata. Oleh Andronikos, kumpulan tulisan itu ditempatkan “setelah” kumpulan tulisan tentang fisika. Metafisika dibagi menjadi metafisika umum dan khusus. Metafisika umum sering disebut ontologi.
Anda pasti masih ingat pendapat Plato tentang ide atau idea yang telah dipelajari. Inti pandangannya, bahwa realitas sesungguhnya bukanlah yang tampak oleh kita di dunia nyata ini melainkan yang tidak tampak dan berada dalam dunia ide. Aristoteles tidak menyebutnya metafisika, melainkan filsafat pertama. Karena menurutnya filsafat inilah yang menjadi dasar seluruh filsafat yang ada. Secara umum dapat pula dikatakan bahwa metafisika merupakan cabang atau bagian filsafat yang membahas seluruh realitas atau segala sesuatu yang ada secara komprehersif.

  1. Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang menyusun, mengembangkan, dan membahas asas – asas, aturan – aturan formal dan prosedur – prosedur normatif, serta kriteria bagi penalaran dan penyimpulan demi tercapainya kebenaran yang nantinya dapat dipertanggungjawabkan  secara rasional,(Rapar,1996). Sebagai ilmu, logika berasal dari pandangan Aristoteles, walaupun ia tidak menyebut logika melainkan filsafat analitika. Istilah logika pertama kali digunakan oleh Zeno dari Citium (334-262 SM)  kata logikos dan kata ini berasal dari kata logos yang tentu anda telah mengetahui maknanya, yaitu akal atau pikiran, dan kata logikos yang berarti sesuatu yang diutarakan dengan akal.
  1. Etika
Etika sering dikatakan sebagai filsafat moral., karena cabang filsafat yang satu ini membahas tentang baik dan buruk manusia dalam bertingkah laku. Jadi, dalam filsafat ini manusia dipandang dari segi perilakunya. Pada zaman Sokrates, etika ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
Etika dapat pula dikatan sebagai ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana seharusnya manusia hidup dalam lingkungan masyarakat. Jadi, dalam filsafat ini manusia juga dipandang peranannya sebagai anggota masyarakat. Pada hakikatnya, nilai tindakan atau tingkah laku manusia terikat pada tempat dan waktu, disamping itu juga baik dan buruknya perilaku seseorang ditentukan dari sudut pandang masyarakat. Perilaku yang dianggap wajar dalam suatu masyarakat di daerah tertentu dapat dianggap tidak wajar oleh masyarakat lain di daerah yang lain.
  1. Estetika
Estetika menelaah tentang seni dan keindahan. Yang dibahas dalam estetika mengenai keindahan yakni: kaidah maupun sifat hakiki dari keindahan; cara menguji keindahan menggunakan perasaan dan pikiran; penilaian dan apresiasi terhadap keindahan itu sendiri. Meskipun estetika telah ditelaah sejak 2500 tahun yang lalu di berbagai negara seperti Babilonia, Mesir, India, Cina, dan Yunani, namun istilah estetika sendiri baru dikemukakan oleh Baungarten yaitu seorang filsuf Jerman pada tahun 1750.
Plato mengemukakan pendapatnya bahwa seni adalah merupakan keterampilan menghasilkan sesuatu. Jadi, apa yang dimaksud hasil seni adalah suatu bentuk tiruan. Contohnya seperti lukisan tentang suatu pemandangan alam sesungguhnya merupakan tiruan dari pemandangan alam yang pernah dilihat oleh sang pelukis.
Pendapat Plato ini dibenarkan oleh Aristoteles, namun Aristoteles menganggap bahwa seni itu sangat penting, karena seni sangat berpengaruh bagi kehidupan umat manusia. Sedagkan Plato beranggapan bahwa seni itu tidak penting, meskipun karya – karya yang dihasilkannya hingga saat ini dianggap sebagai karya seni sastra yang terkenal.
Sebagai cabang filsafat, estetika mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Yaitu dari zaman Yonani Kuno, zaman Romawi, abad pertengahan hingga abad ke-20. Dapat dikatakan bahwa setiap periode waktu sejarah dan masyarakat menampilkan pemikiran estetikanya sendiri. Ahli estetika islam yang terkenal adalah Abu Nasr al Farabi (870-970) yang membahas mengenai estetika di bidang musik, karena selain filsuf dan ahli ilmu kealaman, ia juga seorang ahli musik.
  1. Filsafat Ilmu
Setelah anda mempelajari kelima buah filsafat tersebut diatas, maka sekarang anda akan diajak untuk memahami sebuah cabang filsafat yang berkaitan erat dengan mata kuliah yang sedang anda hadapi yaitu filsafat ilmu. Fisafat ilmu dapat juga dikatan filsafat khusus yaitu cabang filsafat yang membahas tentang hakikat ilmu, penerapan berbagai metode filsafat,dalam upaya mencari akar persoalan dan menemukan asas realita yang dipersoalkan oleh bidang ilmu tersebut untuk mendapatkan kejelasan yang lebih pasti. Dengan demikian, penyelesaian ilmunya dapat makin terarah. Jadi, setiap disiplin ilmu memiliki filsafat ilmunya sendiri, misalnya filsafat hukum, filsafat pendidikan, filsafat sejarah, filsafat bahasa, filsafat ilmu kealaman, filsafat matematika dan lain – lain.

KESIMPULAN
Istilah filsafat merupakan suatu bentuk kecintaan terhadap pengetahuan. Para filsuf alam mengemukakan pandangannya tentang asal mula atau dasar segala sesuatu yang ada di dunia in. Asal atau dasar segala sesuatu adalah air menurut Thales, udara menurut Anaximenes, api menurut Herakleitos, bilangan atau angka menurut pandangan Phytagoras, atom – atom dan ruang kosong menurut pandangan Leukippos dan Demokritos, dan empat unsur utama menurut pandangan Empedokles. Pandangan lain dikemukakan oleh tiga filsuf besar yaitu Sokrates yang menurutnya asas hidup manusia adalah jiwa, Plato yang berpendapat bahwa dunia ide merupakan dasar dari segala sesuatu yang tampak, dan Aristoteles yang berpendapat bahwa logika sangat penting bagi pemikiran manusia menuju kebenaran sejati.
Pandangan idealisme menyatakan bahwa kenyataan atau realita yang tampak oleh indera manusia adalah bayangan dari ide atau idea yang merupakan realita fundamental. Implikasi dari pandangan ini merupakan kecenderungan dari kelompok yang mengikuti penghormatan terhadap buday dan tradisi yang bersifat spiritual.
Humanisme memiliki dua arah yaitu humanisme individu dan homanisme sosial. Humanisme individu yang mengutamakan kemerdekaan berpikir, mengemukakan pendapat dan berbagai aktivitas yang kreatif. Kemampuan ini disalurkan dalam bentuk kesenian, kesusastraan, musik, teknologi, dan penguasaan tentang ilmu kealaman. Sedangkan humanisme sosial mengutamakan pendidikan bagi masyarakat untuk kesejahteraan sosial dan perbaikan hubungan antarmanusia.
Aliran empirisme berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman adalah tanpa arti. Ilmu harus dapat diuji melalui pengalaman. Dengan demikian pengalaman yang didapat bersifat a posteriori yang berarti post to experience.
Para penganut rasionalisme berpandangan bahwa satu – satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal) seseorang.
Kritinisme menjembatani kedua pandangan yaitu rasionalisme dan empirisme. Empirisme menghasilkan keputusan – keputusan yang bersifat sintetis yang tidak bersifat mutlak, sedangkan rasionalisme memberikan keputusan yang bersifat analitis. Berpikir merupakan proses penyusunan keputusan yang terdiri atassubjek dan predikat.
Konstruktivisme intinya adalah bahwa pengetahuan seseorang itu merupakan hasil konstruksi individu melalui interaksinya deangn objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya.
Filsafat dibagi dalam beberapa cabang atau filsafat, yaitu epistemologi, metafisika, logika, etika, estetika, dan filsafat ilmu.

Epistemologi membahas hal – hal yang bersifat mendasar tentang pengetahuan. Metafisika dikemukakan oleh Andronikos dari kumpulan tulisan Aristoteles yang membahas hakikat berbagai realitas yang diamati oleh manusia dalam dunia nyata. Logika menekankan pentingnya penalaran dalam upaya menuju kebenaran. Etika disebut juga sebagai filsafat moral karena menitik beratkan pembahasannya pada masalah baik dan buruk, kesusilaan dalan kehidupan bermasyarakat. Estetika menekankan pada pembahasan keindahan, sedangkan filsafat ilmu membahas hakikat ilmu, penerapan metode filsafat untuk menemukan asas realitas yang dipersoalkan oleh ilmu. 

BALI PUSEH

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Bumi Rumah Kita

  Membaca Ulang Wasudewa Kutumbakam   I   W a y a n   S u k a r m a   Bumi adalah rumah kita bersama. Dunia adalah keluarga kita...