API NYEPI



Pesan Api di Hari Nyepi

Oleh
Prof. Dr. I.B.G Yudha Triguna, MS

Nyepi adalah awal tahun, kelahiran tahun baru Saka. Kelahiran itu peristiwa dasyat dan menggetarkan sekaligus mempesona. Karena itu kelahiran tahun baru Saka menjadi peristiwa sakral. Umat Hindu memperingati peristiwa sakral ini dengan serangkaian upacara yadnya meliputi melasti, tawur, nyepi, dan ngembak geni. Upacara melasti untuk menjaga kesucian parhyangan. Tawur untuk menjaga kesucian palemahan. Ngembak geni untuk menjaga kesucian pawongan. Nyepi untuk menjaga kesucian diri sendiri.

Untuk menyucikan diri sendiri, umat Hindu dianjurkan melaksanakan catur brata panyepian. Empat jenis pengendalian diri pada saat nyepi terdiri atas (1) amati geni, tidak menyalakan api; (2) amati karya, tidak bekerja; (3) amati lelungaan, tidak bepergian; dan (4) amati lelanguan, tidak bersenang-senang. Brata ini dilaksanakan satu hari, sejak matahari terbit hingga keseokan harinya matahari terbit kembali. Catur brata panyepian pada perayaan Nyepi saka 1937 dilaksanakan pada  21 Maret 2015.

Dari empat jenis pengendalian diri itu, amati geni menarik dipelajari lebih dahulu. Brata ini dirumuskan dalam bentuk negatif berupa larangan, “jangan menyalakan api”. Tindakan yang diharapkan dari rumusan moral ini, “tidak menyalakan api”. Tindakan yang diharapkan ini, juga dalam rumusan negatif, tetapi isi pesannya positif. Artinya, tindakan “tidak menyalakan api” saat Nyepi adalah perbuatan baik dan orang yang “tidak menyalakan api” saat Nyepi adalah orang baik. Anda tidak menolak disebut orang baik, kan?   

Api tidak hanya menyala, tetapi juga dapat berkobar. Kiasan untuk kobaran api misalnya, nafsu dan marah. Nafsu berkobar sering muncul dalam bentuk hasrat dan keinginan menggebu-gebu. Orang yang hasrat dan keinginannya menggebu-gebu mendesak mencari pemenuhan. Nafsu berkobar memang mendesak mencari pemuasan karena kepuasan adalah tujuannya. Apabila tidak terpenuhi dan tidak terpuaskan, maka orang itu kecewa, bahkan sangat kecewa. Dari kekecewaan ini muncullah kemarahan. Orang yang marahnya berkobar tidak dapat menikmati makanan enak. Lalu, apa enaknya marah?

Apalagi orang yang marahnya berkobar akan kehilangan akal sehat. Tanpa akal sehat tentu saja orang yang marahnya berkobar tidak dapat lagi membedakan antara yang baik dan yang buruk. Orang yang tidak dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk disebut orang bingung. Orang bingung cenderung tersesat, karena itu tidak sampai ke tujuan. Orang yang tidak sampai ke tujuan disebut orang gagal. Anda menolak disebut orang gagal, kan?

Pesan ringkas itu kiranya, bisa dipetik dari pengendalian diri, “tidak menyalakan api” saat Nyepi. Selain disebut orang baik, juga nafsu dan marah yang cenderung merugikan diri sendiri dan orang lain dapat dihindari. Betapa gembiranya disebut “orang baik” dan “tidak merugikan diri sendiri”. Kenyataannya, kepada orang inilah kebaikan dan keuntungan lingkungan dipercayakan, seperti kepercayaan Nyepi.
         

BALI PUSEH

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Bumi Rumah Kita

  Membaca Ulang Wasudewa Kutumbakam   I   W a y a n   S u k a r m a   Bumi adalah rumah kita bersama. Dunia adalah keluarga kita...