HUMANISME DALAM BRAHMAVIDYA DAN TRADISI HINDU DI BALI
(Abstrak Tesis)
I Wayan Sukarma
Proses pembangunan yang membawa kemakmuran bagi sebagian besar masyarakat telah menimbulkan dampak berupa adanya kecenderungan dominasi teknologi dan hasil-hasil teknologi atas diri manusia. Sementara itu, tolok ukur yang digunakan untuk menilai keberhasilan pembangunan semata-mata dari ukuran yang bersifat material, sehingga menciptakan struktur sosial atas dasar kualitas produksi teknologi yang dimiliki. Situasi sosial yang bertumpu pada sistem kapitalisme teknologi dan hasil-hasil teknologi membuat kemanusiaan menjadi “lumpuh”. Oleh karena itu, muncul pendekatan pembangunan yang lebih memperhatikan manusia sebagai subjek daripada menjadi objek, yaitu pendekatan humanisme, demokrasi, dan partisipasi. Pendekatan humanisme adalah aliran yang mengacu pada sesuatu yang disebut nilai-nilai kemanusiaan, dan yang menjadi perhatian pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan kehidupan manusia. Tujuan pembangunan tidak hanya terbatas pada kesejahteraan dan kemakmuran, tetapi lebih memperhatikan keutamaan kodrat manusia, yaitu kemanusiaan.
Dalam Bhagavadgita manusia dijelaskan sebagai prakerti yang utama bagian dari Yang Maha Esa, yaitu sebagai isvara-isvara kecil atau isvara-isvara yang takluk. Sebagai bagian dari Yang Maha Esa manusia mempunyai sifat-sifat yang sama dengan beliau, yaitu atman. Esensi manusia adalah spirit atau rohnya bukan bentuk pisiknya. Manusia juga merupakan bagian dari alam yang tak terpisahkan karena dalam manusia juga terdapat kekuasaan alam, dan segala sesuatu mewujudkan realitas Yang Maha Esa. Keberadaan manusia merujuk pada keberadaan alam semesta dan keberadaan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, pemahaman tentang manusia tak dapat lepas dari pemahaman tentang alam semesta dan pemahaman tentang Yang Maha Esa. Artinya, karakter manusia ditentukan oleh sradhanya, dan dalam tradisi Hindu di Bali diekspresikan sebagai yadnya dalam bentuk upacara-upacara agama.
Esensi manusia seperti tersebut membuka peluang untuk menemukan konsep nilai-nilai kemanusiaan dalam brahmavidya dan tradisi Hindu di Bali. Dalam kenyataan empiris kehidupan masyarakat sehari-hari nilai-nilai ini cenderung mengemuka, baik dalam ucapan maupun dalam tindakan, tetapi luput dari perhatian. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba memperhatikan nilai-nilai humanisme apa saja yang terdapat dalam brahmavidya dan bagaimana wujud penerapannya dalam tradisi Hindu di Bali?
Oleh karena hendak mendeskripsikan, menganalisis, dan memahami humanisme sebagai nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat subjektif, maka pemahaman terhadap fenomena itu hanya dapat dicapai dengan baik melalui pendekatan sosial dalam jenis penelitian kualitatif dengan teknik verstehen melalui metode observasi partisipasi dan wawancara mendalam.
Dalam Bhagavadgita esensi humanisme sebagai ajaran tentang kemanusiaan dalam brahmavidya ditemukan lima dasar nilai kemanusiaan, yaitu sathya (kebenaran), dharma (kebajikan), bhakti (kasih), ahimsa (tanpa kekerasan), dan santih (kedamaian). Dalam hal ini sathya adalah hakikat kebenaran, yaitu kebenaran absolut. Sathya dalam kehidupan bermasyarakat bermakna sebagai dharma, yaitu kebajikan, hakikat sifat manusia. Sathya yang ditunjukkan sebagai sikap tunduk dan sujud ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa adalah bhakti. Sathya sebagai landasan etika moralitas dalam tindakan dan tingkah laku yang berwujud kasih sayang kepada semua makhluk adalah ahimsa, yaitu tindakan tanpa kekerasan. Akan tetapi, Sathya sebagai cita-cita dan tujuan hidup dalam agama Hindu adalah santih, yaitu kedamaian atau kebahagiaan.
Pada kenyataan empiris kehidupan masyarakat sehari-hari, khususnya dalam tradisi upacara perkawinan sathya dipahami sebagai kejujuran, dan kesetiaan; dharma dipahami sebagai kebenaran dan kewajiban hidup; bhakti dipahami sebagai cinta kasih, ngayah, dan sikap saling melayani; ahimsa dipahami sebagai tindakan tidak saling menyakiti; dan santih dimaknai sebagai tujuan hidup, yaitu kedamaian dan kebahagiaan.
Bumi Rumah Kita
Membaca Ulang Wasudewa Kutumbakam I W a y a n S u k a r m a Bumi adalah rumah kita bersama. Dunia adalah keluarga kita...
Cari Blog Ini
Arsip Blog
-
▼
2009
(28)
-
▼
Oktober
(28)
-
▼
Okt 17
(27)
- Religi
- Etika
- Moriltas
- Dekonstruksi
- Demokrasi
- Perubahan Zaman
- Moralitas
- Moralitas
- Perubahan Sosial
- SUPUTRA
- MEME-BAPA
- Zona Perkembang Proksimal
- Perempuan
- Pembelajar
- Pengendalian Diri
- Sriwaratri
- Bhuana Kosa
- Pendidikan
- HUMANISME DALAM BRAHMAVIDYA DAN TRADISI HINDU DI B...
- Pemurnian Tradisi Dalam Komunitas AdatOlehI Wayan ...
- PRIVATISASI AGAMA DAN KONVERSI INTERNAL:FENOMENA K...
- PENDIDIKAN SEPANJANG ZAMAN:PERSPEKTIF SANKHYA-YOGA...
- MASA DEPAN RUANG PUBLIK DESA PAKRAMANI Wayan Sukar...
- Ni Dyah Tantri
- PANCA YADNYA SEBAGAI LOKAL GENIUS:MENYONGSONG MASY...
- Dharma Untuk Keluarga Ideal:Akar Moralitas Generas...
- Sepotong Harapan Buat Pemimpin Hindu Di Indonesia ...
-
▼
Okt 17
(27)
-
▼
Oktober
(28)
Popular Posts
-
SISTEM PENGOBATAN USADA BALI A.A. Ngr Anom Kumbara Pen gantar Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manu...
-
BRAHMAVIDYA DALAM BHUANA KOSA Oleh I Wayan Sukarma Abstrak Bhuana Kosa adalah lontar yang paling tua dalam kelompok lontar-lontar Siwaistik....
-
PERKEMBANGAN SHIWA-BUDDHA DI INDIA DAN INDONESIA (Pendekatan Ilmu Sejarah) Prof. D.Litt...
-
TATTWA JNÀNA: KAJIAN TERHADAP STRUKTUR I Wayan Suka Yasa 1. Pendahuluan “Candi pustaka” yang menjadi kepustakaan Hindu Bali...
-
REINKARNASI Wacana Surga-Bumi-Neraka I Wayan Suka Yasa Abstrak Keyakinan manusia pada reinkarnasi mungkin lebih tua dari se...
Tentang Penulis
Nama: I Wayan Sukarma
Email: putraghanes58@gmail.com